Kamis, 17 Mei 2018

UNSUR INTRINSIK (TEMA,PENOKOHAN,DAN SETTING) SERTA MAKNA SEJARAH DAN BUDAYA ISLAM DALAM WAWACAN KEAN SANTANG


UNSUR INTRINSIK (TEMA,PENOKOHAN,DAN SETTING) SERTA MAKNA SEJARAH DAN BUDAYA ISLAM DALAM WAWACAN KEAN SANTANG

 

oleh

NURAINI DESTIAWAN



ABSTRACT

Arab and many Moeslem merchantmens for the first time come to Indonesia in 13 H. They have born up to Aceh first. First plan of them is only merchant their goods. But then, they broadcast Islam and it would be a first place for Islam come to Indonesia.
Then, they have sailored to Java for the second place. But not at all can easily learn Islam. So that, Kian Santang from Pajajaran Kingdom who spread/teach all of them to Islam education. With Tasbih and Al-Qur’an, he can be the one who learn them easily.
But, before that, Kian Santang for the first time come to Mecca because he knows someone who can defeated him, he is Syekh Ali. He asked him to lift the sword up on the stone. After Kian Santang knows his power, he learned about Islam and said Syahadat. 


Key words : Islam, Santang, Padjajaran, Sword, and teach



 

PENDAHULUAN


A.    Latar belakang


I
ndonesia merupakan salah satu wilayah dimana zaman dulu, banyak orang yang memeluk agama Buddha dan Hindu, karena saat itu memang masih zaman keemasan keduanya. Dari Kerajaan Majapahit, Syailendra, dan lain-lain. Namun, semasa mereka sedang berjaya, agama Islam, yang saat itu belum ada disana, bahkan jarang ada.

Terutama di masa kerajaan Padjajaran, keadaan sosial dan agama disana yang cenderung Hindu. Kerajaan Padjadjaran merupakan kerajaan yang sangat berjaya saat itu, dengan masa kepemimpinan Prabu Siliwangi. Raja itu mempunyai anak bernama Kian Santang. Ia merupakan anak hasil perkawinan dengan Nyai Subang Larang. Dan ia anak sulung dari kedua saudaranya.

Semasa hidupnya, ia anak yang sangat berani dan cukup tangguh diantara yang lainnya. Ia bahkan menjadi panutan bagi seluruh masyarakat Padjajaran itu. Mesikipun demikian, ia masih mengikuti jejak ayahnya yang beragama Hindu, karena saat itu, ia belum mengenal hal tersebut.

Meskipun begitu, ia begitu diagungkan lebih ketika ia telah memasuki Islam. Pertama kali ia mengucapkan kalimat dua syahadat di Arab bersama dengan Sayyidina Ali. Setelah itu, ia mempelajarinya dan mengajarkannya ke masyarakat di Jawa Barat, terutama di Kerajaan Padjajaran.

Setelah itu, ia menjadi salah satu tokoh tasawuf yang terkenal pada masa itu dan akhirnya ceritanya pun masih melegenda hingga saat ini sebagai orang yang mengajarkan Islam di Jawa Barat.

B.     Kerangka konseptual

1.      Mengetahui sejarah Kian Santang pada umumnya.
2.      Menganalisis unsir budaya dalam Wawacan Kian Santang.
3.      Mengetahui unsur Islam dalam Wawacan Kian Santang

C.    Metodologi

1.      Metode penelitian

a)      Desain penelitian
Untuk mendapatkan informasi yang akurat, penulis menggunakan Metode Analisis-deskriptif, analisis adalah penyelidikan terhdapa suatu peristiwa untuk mengetahui yang sebenarnya atau penguraian suatu pokok ata berbeagai bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Metode Deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.
b)      Sumber data
Sumber atau referensi yang penuli gunakan dalam menulis artikel jurnal ini diambil dari beberapa sumber , siantaranya buku dan internet.
c)      Jenis data
Jenis data yang penulis gunakan dalam penyusunan artikel jurnal ini adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah metode yang lebih menekankan aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah atau berupa kata-kata tertulis.
d)     Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dengan studi pustakawan atau studi dokumentasi.  Studi dokumentai ini bertujuan untuk memilih dan memilah data-data kepustakaan yang diperlukan.
e)      Pengolahan dan analisis data
Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara sistematis.  Hasil pengumpulan data untuk  meningkatkan pemahaman penelitian tentang masalah yang diteliti. Setelah data terkumpul, dilakukan proses analisis yang memerlukan kajian lebih mendalam.
Analisis data menggunakan metode interpretasi terhadap data-data yang telah tersistemasi. Dalam interpretasi data ini, dilakukan dengan menafsirkan pemikiran tooh secara holistik yaitu sengan melihat semua konsep dan aspek-aspeknya dalam hal keselaraan satu sama lainnya.

2.      Metode kepenulisan

Untuk memudahkan penulis dalam artikel jurnal ini, maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :
      Bab pertama, berisi latar belakang, kerangka konseptual, metode penelitian, dan metode kepenulisan.
      Bab kedua, membahas tentang
Bab ketiga, membahas tentang kesimpulan dari semua materi.

PEMBAHASAN

A.    Teori awal mengenai sejarah kesastraan Sunda dan tokohnya


Sebelum Islam datang ke Indonesia, umunya masyarakatnya menganut agama Hindu, Buddha, dan agama lainnya. Namun, umumnya masyarakat yang berada di tanah Sunda masih menganut animisme.
Namun, setelah Islam menguasai di Kerajaan di Samudra Pasai pada abad 13, dimana saat itu masa arus penyebaran dan kedatangan tokoh tasawuf. Kedatangan tasawuf yang berasal dari arab inilah akhirnya Islam pu menyebar ke seluruh Indonesia.
MENURUT Ayatrohaedi (1986), masuknya Islam ke tanah Sunda diperkirakan berlangsung pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Besar kemungkinan bahwa tokoh Prabu Siliwangi tersebut adalah Prabu Niskala Wastukancana anak Prabu Maharaja (memerintah 1350-1370) yang berkuasa cukup lama yaitu dari tahun 1371-1475.

B.     Analisis Perjalanan Awal Hidup Kian Santang melalui Wawacan Kean Santang

Berdasarkan beberapa sumber, Kian Santang merupakan seorang Pangeran Kerajaan Singasari. Dan berikut ini merupakan wawacan/wacananyanya.
Kéan Santang téh putra Prabu Siliwangi anu katelah gagah tur sakti. Di Pajajaran, malah di Pulo Jawa teu aya hiji ogé jalma anu bisa nandingan kasakténna.
Analisis sejarah :
Kian Santang merupakan seorang anak dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Ia lahir pada tahun 1335 (admin 2014). Ia merupakan anak dari Prabu Siliwangi dan Dewi Kumala Wangi atau Nyai Subang Larang. Ia meurpakan seorang anak yang cukup tangguh dan kuat, meskipun itu ia sangat kecil. Ia menjadi salah satu Pangeran yang mempunyai kekuatan yang besar dibanding dengan yang lain yang ada di seluruh Jawa Barat (dahulu DKI Jakarta termasuk Jawa Barat juga). Kian Santang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara yaitu dirinya sendiri, Dewi Rara Santang, dan Walangsungsang.
Dina hiji waktu Kéan Santang ngadeuheus ka ramana, unjuk-kan yén dirina hayang ningali getih sorangan. Hayang tarung ngadu jajatén, tapi teu aya nu bisa nandingan.
Ngadangu kasauran putrana kitu, Prabu Siliwangi geuwat baé nyauran para ahli nujum karajaan.
Analisis Sejarah :
Penasaran yang ia ungkapkan kepada ayahnya bahwa ia ingin mendapatkan lawan yang sepadan. Karena saat itu , ia tak pernah terluka sedikitpun dan selalu berhasil mengalahkan lawannya. Oleh karena itu, ia ingin sekali mendapatkannya.
Setelah itu, Prabu Siliwangi memanggil pakar nujum yang ingin mengetahui rasa pensaran akan darahnya Kian Santang. Tetapi, ia tetap tak berhasil menemukannya. Setelah beberapa lama, ia mendpaatkan wangsit dari seseorang bahwa ada seseorang dari Arab yang akan mengalahkannya. Konon katanya, dengan ajian napak sancangnya raden kian santang mampu mengarungi lautan dengan berkuda saja (Fadny 2011). .
Ménta bongbolongan, sugan aya jalma anu bisa nandingan kasaktén Kéan Santang. Ditanya kitu, para ahli nujum téh kabéhanana ngabigeu teu aya nu némbal. Ngan teu lila ujug-ujug aya aki-aki anu nyampeurkeun ka Kanjeng Prabu.
“Kanjeng Prabu, kaula bisa nuduhkeun saha jalma anu bisa nandingan kasaktén tuang putra. Jauh pisan éta jalma téh, ayana di nagri Mekah, ngaranna Bagénda Ali.”
“Saha kira-kirana anu bakal unggul lamun anak kaula tarung jeung Bagénda Ali?” Kanjeng Prabu ,alik naor”
Analisis sejarah :
Ketika Kian Santang berusaha menginginkan agar mendapatkan orang yang mengalahkan dia (karena terlalu kuat), dia mendapatkan nya yang berada jauh dari Kerajaan ini . Sang Prabu pun memikirkan hal ini dan saat itu ada seseorang laki
Ada beberapa sumber yang saya kutip, ada beberapa hal yang mengira bahwa Kian Santang pernah bertemu dengan seseorang yang bisa menandinginya, dan akhirnya ia pergi ke Arab. Saat itu ia berusaha menemukan Baginda Ali yang mana menurut kakek tua itu, orang itu akan mengalahkannya. Beberapa sumber mengutip bahwa Baginda Ali tersebut merupakan Sayyidina Ali, yang merupakan sahabat Rasulullah SAW. Namun, hal ini tidak benar. Karena Ali Bin Abi Thalib lahir pada kehidupan abad ke-7. Menurut A- Qowwiy, Ia dibai’at menjadi Khalifah pada hari Jumat tanggal 25 Dzul-Chijjah tahun 35 Hijriyyah (4 Juni 656 M) (2011). Jadi, kemungkinan bahwa ia tidak mungkin bertemu dengan sahabat Nabi Muhammad tersebut.
Setelah melakukan perjalanan yang panjang, ia berusaha untuk mencari orang yang dicarinya itu di Padang Pasir, lalu ia bertemu dengan seseorang yang ada disana.
“Ki, cing tuduhkeun di mana ayana Bagénda Ali téh?” Éta aki-aki téh ukur melong, neges-neges ka nu anyar datang.
“Saha Ujang téh?” pokna kalah malik nanya.
“Kaula téh Kéan Santang ti Pulo Jawa. Kaula hayang tepung jeung Bagénda Ali. Cenah anjeunna téh jalma sakti, kaula hayang ngadu jajatén.”
“Euh, kitu. Yu atuh tuturkuen Aki!” ceuk éta aki-aki ngajak indit ti dinya. Kéan Santang nuturkeun.
Ia berbincang sebentar kepadanya dan berjalan mengikuti seseorang yang tak dikenal itu. Namun, yang anehnya, tidak ada rasa penasaran itu, siapa yang sedang diikutinya ini dan ia tetap berjalan mengikutinya. Mungkin karena rasa penasaran yang ia hadapi sehingga ia segera ke sana. Namun, setelah beberapa, ia terkejut karena ia harus mengfambil tongkat si orang itu aja. Hal yang membuat bingung itu bertambah dengan rasa penasaran yang adan padnya, ia berusaha mengambil tongkat itu, namun ia malah merasa kesakitan dan bahkan katanya sampai berdarah.
Kian Santang pun telah menemukan oang yang dicarinya dan akhirnya pada saat itu juga ia mengucapkan syahadat dan masuk islam. Semenjak itu ia belajar agama Islam dengan baik dan mengamalkan dan mengajarkan ke negara pjajarannya.

C.    Kisah perjalanan Kian Santang dalam menyiarkan agama Islam di Negeri Pasundan dalam Wawacan Kean Santang


Setelah ia mendapatkan beberapa pengajaran di Arab sana dengan Syekh Ali, ia meneruskan ilmu agama Islam nya itu ke Negara Pasundan atau di Kerajaan Siliwangi. Memang tidak mudah, dan selalu ada rintangan, ketika pada masa itu masyarakat masih menganut agama lain dan banyak juga yang sudha beragama Islam. Ia meneruskan ajarannya itu dengan penngetahuan yang sangat cukup untuk menyebarkannya.
“Sanggeus ngarasa cukup ngalap élmu, Kéan Santang pamitan hayang mulang deui ka nagrina, Pajajaran. Ku Bagénda Ali diwidian kalayan dibéré pancén yén Kéan Santang kudu nyebarkeun agama Islam di Pulo Jawa. Aya dua rupa barang anu dibekelkeun ku Bagénda Ali nyaéta tasbéh jeung kitab Al-Qur’an”.
Ia ternyata dberikan sebuah warisn dari gurunya, yaitu Tasbih dan Al-Qur’an. Kedua hal ini mungkin bisa membantunya untuk brdzikir mengingat Allah dan Al-Qur’an untuk mempelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan masyarakat, serta menjadi pedoman untuk mengajarannya untuk kehidupan sehari-harinya.
Kéan Santang mulang deui ka Pajajaran, nyebarkeun agama Islam. Teu saeutik rahayat Pajajaran anu tuluy ngagem agama Islam. Ari ramana, Prabu Siliwangi, teu kersaeun ngagem agama Islam. Dibarengan ku sawatara prajuritna, Prabu Siliwangi ninggalkeun karaton, ngungsi ka hiji tempat di pakidulan Garut. Ceuk sakaol, di dinya anjeunna ‘nghiyang’, ngaleungit tanpa wujud. Ari para prajuritna minda rupa jadi maung.
Ada sedikit kerancuan disini, dimana Prabu Siliwnangi tak suka kepada anaknya karena ia menyebarkan agama Islam. Karena sebelum anaknya, Prabu Siliwani ini seudah menjadi  seorang muslim. Menurut Adung (2013) “Atau prabu silihwangi masuk agama Islam dan menerima Lintang Kerti Jejer Seratus atau Tasbeh,mulai dari itu,Prabu Pamanah Rasa diberi ajaran tentang agama islam yang sebenarnya.
Setelah itu Prabu Pamanah Rasa segera kembali ke Kraton Pajajaran,Untuk melangsungkan pernikahannya denga Nyi Subang Larang waktu terus berjalan maka pada tahun 1422 M”. Dalam hal ini, raja memang sudah masuk ke keyakinannya ke agama Islam, oleh karemna itu, terjadi ketidakkorelasian dalam cerita dan sejarah yang ada. Walau bagaimanapun ini bisa dimaklumi saja.

D.    Unsur Intrinsik

1.      Tema
Tema pada dasarmya adlaah sebuah inti dalam satu cerita, dimana hal ini merupakan salah satu makna keseluruhan yang ada pada suatu cerita itu yang hanya pada satu kalimat itu saja. Menurut Kenney dalam buku Andri Wicaksono,
“...theme is not the moral, not the subject, not “a hidden meaning” illustrated by the story. What is it? theme is meaning not the moral, but it is not “hidden”, it is not illustrated. Theme is the smeaning story releases; it maybe the meaning the story discovers. By theme we mean the necessary implications of the whole story, not a separable part of a story” (2014, 101)
Tema dalam Wawacan Kean Santang ini adalah penyiaran Islam di Jawa pada masa Pasundan. Meskipun di awal cerita bahwa si Kian Santang ini hanya berusaha untuk mencari orang yang ingin dikalahkannya, tak disangka berawal dari situlah ia mempelajari agama Islam dengan baik dan menyebarkannya ke negara Pasundan.

2.      Setting/latar
Latar atau landas tumpu (setting)  crita dalam fiksi bukan hanya sekedar background. Artinya bukan hanya menunjuktempat kejadian dan kapan kejadiannya. Menurut Semi, menjelaskan setting adlaha lingkungan tempat peristiwa terjadi (Rokhmansyah 2014, 38) .
a.       Latar tempat, yaitu suatu latar yang menjelaskan tempat kejadian dari suatu cerita itu. Contohnya: Pasar, Lapangan, dan lain-lain. Dalam wawacan ini, kejadian ini terletak di Bogor atau di sekitaran Jawa Barat.
b.      Latar waktu, yiatu suatu latar yabg menjelaskan tentang kejadian waktu yang dialami oleh aktor. Contoh: pagi hari. Dalam cerita ini, kejadian cerita yang dialami oleh Kian Santang dan lain-lain berada di istana Negara Pasundan, pagi hari, di Mekah/Arab.
c.       Latar suasana. Latar suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu, misalnya suasana gembira, haru, sedih, dan tegang. Suasana dalam cerita biasanya dibangun bersama pelukisan tokoh utama.latar suasana terbagi dua hal yaitu :

1)      Latar sosial

Latar sosial adalah gambaran kehidupan masyarakat dalam kurun waktu dan tempat tertentu yang dilukiskan dalam cerita. Dalam cerita ini, melatarkan suatu kerajaan yang amat makmur bersama dengan sebuah pemimpin kerajaan yang beragama Islam.

2)      Latar material

Latar material adalah gambaran benda-benda yang mendukung cerita. Wawacan ini biasanya mengadakan benda seperti Tasbih dan Al-qur’an, istana, pedang bertancapkan batu, dan lain sebagainya.
3.      Penokohan
Menurut Aminudin dalam buku Rokhmansyah (2014, 34) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu dapat menjalin suatu cerita. Dalam hal ini, tokoh merupakan penggerak utama selain alur untuk menjalankan suatu cerita, dimana tokoh ini yang tak hanya berfungsi sebagai penggerak, namun sebagai pemain dalam cerita ini.
Namun, dalam hal ini tokoh dan penokohan itu mempunyai arti yang berbeda. Penokohan atau perwatakan dlah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatmya, dan sebagainya. Pelukisan tokoh ini dapat dilihat dari pergerakan si tokoh tersebut, jika ia merupakan seorang anatgonis, maka bisa jadi ia akan menunjukkan ekspresi yang alis bertekuk, tersenyum lincik, dan sebagainya.
Jadi, jika dilihat dari kedua hal tersebut, maka tokoh adalah sebuah pemain dalam cerita sedangkan penokohan adalah penggambaran tentang hal yang ada pada si tokoh tersebut.
      Dalam wawacan ini, ada beberapa tokoh yang akan di bahas, seperti :
a.       Kian Santang
Ia merupakan seorang pangeran Kerajaan Siliwangi, yang juga merupakan putra dari Prabu Siliwangi, seorang Raja di sana. Ia merupakan anak yang kuat, karena ia tak terkalahkan oleh siapapun.

b.      Prabu Siliwangi
Ia merupakan seorang raja dari Kerajaan Siliwangi dan ayah dari Kian Santang. Ia merupakan seorang yang tegas dan bijkasana dalam mengelola negaranya, termasuk keluarganya sendiri. Ia juga orang yang baik, karena selalu memberikan apapun keinginan Kian Santang.
c.       Syekh Ali
Ia merupakan guru Kian Santang dalam mengajarkan agama Islam di Mekah. Selian itu, ia juga yang berhasil emmbuat Kian Santang tidak bisa berkutik karena ia bergitu kuat dan pintar juga. Ia juga orang yang ramah.
d.      Kakek
Ia merupakan seorang kakaek-kakakek yang memberikan suatu informasi bahwa ia tau seorang yang berhasil mengalahkan Kian Santang. Dalam cerita ini, ia datang yamg tak tau dimana dan pulang juga secara tiba-tiba atau menghilang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar