Kebimbangan di antara Dua Identitas : Sastra Muslim
Turki dan Sastra Muslim Imigran di Eropa dan Amerika (Imamu Amiri Baraka dengan
An Agony As Now)
Disaat islam mulai mengalami minoritas sejak Perang
Salib yang disebut sebagai awal kemunduran masyarakat muslim, banyak warga
muslim yang lebih memilih atau mempertahankan keagamaannya tersebut atau
meninggalkan sebagai bentuk pengaruhnya agama lain terhadap kehidupannya masa
kini.
Beberapa diantaranya, mengungsi atau pergi dari
tempat tinggalnya dahulu, karena banyaknya kecaman dan ancaman yang membuat ia
dan keluarganya merasa terasingkan pada saat itu. Mereka memilih tempat yang
jauh dan aman serta lebih baik dari sebelumnya.
Termasuk yang dialami oleh Imamu Amiri Baraka. Ia
merupakan seorang muslim di Amerika yang mempertahankan agama Islamnya sebagai
pegangannya dimana saat itu Islam juga sedang dikecam oleh negara tersebut.
Tetap saja hal itu tidak membuat ia semata-mata terpuruk.
Dengan menambahkan adanya juga adanya Gerakan Hak
Warga Kulit Hitam (Black Civil Right Movement) pada tahun 1960-an, membuat ia
bergerak untuk membuat karya yang membuat ia semakin menonjolkan diri untuk
membuktikan bahwa ia dan kaum sesamanya bisa membuat sebuah karya yang baik.
Banyak karya yang ia buat selama ia hidupnya, mulai
dari puisi, drama, ataupun esai tentang dunia politik. Termasuk puisi yang akan
dianalisis dalam dunia keislaman dan masyarakatnya pada masa itu di Amerika
yaitu An Agony As Now. Puisi ini
menceritakan tentang emosionalnya yang tak beratur dan kespiritualitasnya.
Dalam bait pertama, ia menjelaskan tentang rasa
kepekaan dirinya yang dibenci oleh orang-orang. Dan bagian selanjutnya
menceritakan tentang kesusahan akan menampakkan dirinya yang sebenarnya. Ada
penghalang yang menghalangi jalan ia untuk memperlihatkannya. Bahkan dengan
cinta pun ia tak bisa mengungkapkan hal tersebut yang terperangkap dalam sebuah
puisi yang ha nya bisa ia ungkapkan. Di tengah perbincangan ras yang merajalela
bagi kaumnya yang tak adil, ia tetap tak bisa mengungkapkan. Rasa cinta kepada
Tuhannya pun demikian. Namun , matahari yang diaktualisasikan oleh dirinya
sebagai cinta, meraihnya dan menjangkaunya. Dan jeritannya merupakan sebuah aktualisasi
dirinya.
I am inside someone
who hates me. I look
out from his eyes. Smell
what fouled tunes come in
to his breath. Love his
wretched women.
Pada bait kedua,
Slits in the metal, for sun. Where
my eyes sit turning, at the cool air
the glance of light, or hard flesh
rubbed against me, a woman, a man,
without shadow, or voice, or
meaning.
This is the enclosure (flesh,
where innocence is a weapon. An
abstraction. Touch. (Not mine.
Or yours, if you are the soul I had
and abandoned when I was blind and
had
my enemies carry me as a dead man
(if he is beautiful, or pitied).
It can be pain. (As now, as all his
flesh hurts me.) It can be that. Or
pain. As when she ran from me into
that forest.
Or pain, the mind
silver spiraled whirled against the
sun, higher than even old men
thought
God would be. Or pain. And the
other. The
yes. (Inside his books, his fingers.
They
are withered yellow flowers and were
never
beautiful.) The yes. You will, lost
soul, say
‘beauty.’ Beauty, practiced, as the
tree. The
slow river. A white sun in its wet
sentences.
Or, the cold men in their gale.
Ecstasy. Flesh
or soul. The yes. (Their robes
blown. Their bowls
empty. They chant at my heels, not
at yours.) Flesh
or soul, as corrupt. Where the
answer moves too quickly.
Where the God is a self, after all.)
Cold air blown through narrow blind
eyes. Flesh,
white hot metal. Glows as the day
with its sun.
It is a human love, I live inside. A
bony skeleton
you recognize as words or simple feeling.
But it has no feeling. As the metal,
is hot, it is not,
given to love.
It burns the thing
inside it. And that thing
screams.
Referensi
https://www.cliffsnotes.com/literature/a/american-poets-of-the-20th-century/the-poets/amiri-baraka-1934
https://www.enotes.com/topics/agony-now-an
https://www.poetryfoundation.org/poems-and-poets/poems/detail/52777
https://www.poetryfoundation.org/poems-and-poets/poets/detail/amiri-baraka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar